Jumat, Agustus 21, 2009

BLOG

INFO BEASISWA

Minggu, Agustus 09, 2009

KATA MUTIARA

  • Keraguan merupakan kunci pengetahuan (Pepatah Persia)

  • Apa yang dilakukan oleh orang bodoh di saat akhir, dilakukan oleh orang pintar di saat awal (Pepatah Spanyol)

  • Laut tenang tidak menciptakan pelaut tangguh (Pepatah Afrika)

  • Bila tikus menertawakan kucing, pasti ada lubang didekatnya (Pepatah Nigeria)

  • Orang muda menyebutkan apa yang sedang mereka kerjakan, Orang tua menyebutkan apa yang telah mereka kerjakan, Orang bodoh menyebutkan apa yang ingin mereka kerjakan (Pepatah Perancis)

  • Tinta yang paling kabur masih lebih baik daripada ingatan yang paling kuat

  • Aku marah karena tidak memiliki sepatu. Kemudian aku bertemu dengan orang yang tidak memiliki kaki.

  • Membuka toko sangatlah mudah, menjaganya agar tetap buka adalah seni.

  • Yang bertanya menjadi bodoh selama lima menit, Yang enggan bertanya menjadi bodoh selamanya.

  • Hari ini aku boleh berkeluh kesah karena hujan sepanjang hari atau bersyukur karena rumput di halaman mendapat siraman gratis

  • Hari ini aku boleh mengomel tentang badanku yang kurang sehat atau bergembira karena aku masih dibiarkan hidup di dunia.

  • Hari ini aku boleh menangis karena mawar-mawar itu berduri atau merasa bersyukur karena duri-duri itu ditumbuhi mawar.

  • Lebih baik menyalakan lilin daripada memaki kegelapan.

  • Bila kau hendak bahagia satu jam, tidurlah.
  • Bila kau hendak bahagia satu hari, pergilah memancing.
  • Bila kau hendak bahagia satu bulan, kawinlah.
  • Bila kau hendak bahagia setahun, warisilah harta.
  • Bila kau hendak bahagia seumur hidup, bantulah sesama.

SEORANG ANAK DAN POHON APEL

Dahulu kala ada sebuah pohon apel yang besar. Setiap hari seorang anak laki kecil mendatangi pohon itu dan bermain di sekelilingnya. Ia memanjat puncaknya, makan buahnya dan tidur di naungannya. Ia mencintai pohon itu, dan pohon itupun senang bermain-main dengannya.

Waktu berjalan, si anak tumbuh lebih besar. Ia tidak lagi bermain-main di bawah pohon itu setiap hari. Suatu hari si anak mendatangi pohon itu dengan wajah sedih.

“Mari kita bermain,” kata pohon apel.

“Aku sudah bukan anak-anak lagi, aku tidak bermain-main di bawah pohon,” kata si anak. “Aku ingin punya mainan. Aku butuh uang untuk membelinya.”

“Maaf, aku tidak punya uang, tapi kau dapat memetik semua buahku lalu menjualnya.”

Anak itu menjadi sangat senang. Lalu memetik semua apel yang bergantungan di pohon, kemudian pergi dengan perasaan gembira.

Setelah itu, si anak tidak kembali lagi. Pohon apel merasa sedih. Suatu hari, si anak kembali dan pohon apel merasa gembira.

“Mari kita bermain,” ajak pohon apel.

“Aku tidak punya waktu. Aku harus bekerja untuk menghidupi keluargaku. Kami butuh rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?” kata si anak.

“Maaf, aku tidak punya rumah, tapi kau dapat memotong dahan-dahanku untuk membangun rumahmu.”

Si anak lalu memotong semua cabang pohon dan pergi dengan perasaan gembira. Sang pohon juga merasa bahagia bisa membantu. Namun, setelah si anak tidak pernah datang lagi. Sang pohon merasa kesepian dan sedih.

Di musim panas. Si anak kembali datang, dan pohon pun merasa sangat senang.

“Kemarilah..... mainlah denganku!” kata pohon.

“Aku lagi sedih. Aku semakin tua. Aku ingin sekali berlayar untuk menikmati hari tuaku. Dapatkah kau memberiku perahu?”

“Gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Kau dapat berlayar jauh dan menikmati hari-hari bahagia!”

Lalu si anak memotong batang pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar dan lama tidak kembali. Akhirnya, setelah sekian banyak tahun lewat, si anak kembali.

“Nak, maafkan aku, aku tidak punya apa-apa lagi untukmu sekarang. Tidak ada lagi apel untukmu........., “kata pohon apel.

“Aku sudah tidak punya gigi lagi untuk menggigit,” kata si anak.

“Aku tidak batang lagi untuk dipanjat.”

“Aku terlalu tua untuk memanjat.”

“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa kecuali akar-akarku yang sekarat,” kata pohon sedih.

“Aku sekarang juga tidak butuh macam-macam, aku hanya butuh tempat untuk istirahat. Aku merasa lelah setelah melewatkan tahun-tahun.” Jawab si anak.

“Baiklah kalau demikian. Akar pohon tua adalah tempat yang baik untuk bersandar dan beristirahat. Kemarilah ............, duduklah bersamaku. Istirahatlah!”

Si anak lalu duduk. Dan sang pohon tersenyum bahagia meneteskan air mata.

Pohon apel itu ibarat orang tua kita. Ketika kecil kita senang bermain dengan ayah dan ibu kita. Setelah dewasa, kita tinggalkan mereka. Kita hanya mengunjungi orang tua kita ketika membutuhkan bantuan mereka, atau ketika dalam kesulitan. Apapun yang terjadi pada kita, kedua orang tua kita selalu ada di samping kita dan siap memberikan segalanya demi kebahagiaan kita.

Dalam cerita di atas, si anak tampak telah berlaku kejam terhadap pohon, tetapi demikianlah kebanyakan kita tidak mensyukuri keberadaan orang tua kita.

Oleh karena itu, jangan lupakan pentingnya keberadaan orang tua kalian, jangan anggap keberadaan meraka biasa-biasa saja. Mereka tidak akan berada di sisi kalian selamanya.

GUNAKAN SEMUA KEKUATAN

Seorang lelaki bersama seorang anaknya umur 10 tahun mendaki gunung. Si anak berhenti untuk mengamati batu yang berukuran sedang yang terletak di tengah jalan.

“Ayah, bagaimana pendapatmu, mampukah aku menggeser batu itu ?”

Ayahnya melihat batu itu lalu berkata, “ Ya, asal kau gunakan segenap kekuatan yang kau miliki, kau pasti mampu menggesernya.”

Si anak lalu memasang kuda-kuda dan mendorong batu itu dengan segenap kekuatan yang ada, tetapi batu itu bergeming.

“Ahh.... ternyata perkiraanmu keliru. Yah, aku tidak bisa menggeser batu itu.” Kata anaknya

“Tidak nak, aku tidak keliru. Aku tadi berkata, kau dapat menggesernya bila menggunakan segenap kekuatan yang kau miliki. Namun, kau tidak menggunakan semua kekuatanmu; kau tidak meminta bantuanku”.